“Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari akhir, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS. At Taubah: 18)

Rabu, 31 Mei 2017

KULTUM: Tingkatan Ibadah

Ada 3 tingkatan Ibadah seseorang diantaranya adalah :
  1. Ibadah at-Tujjar : orang yang beribadah kepada Allah karena ingin sesuatu, itu adalah cara ibadahnya pedagang. 
  2. Ibadah al-‘Abid : orang yang beribadah kepada Allah karena takut, itu cara ibadahnya budak atau hamba sahaya. 
  3. Ibadah al-Arifin : orang yang beribadah kepada Allah karena rasa syukur, itulah cara ibadahnya orang-orang yang merdeka.”Jika kita berpikir akan dapat pahala apa atau dapat untung berapa ketika hendak bersedekah, itu artinya kita beribadah dengan cara pedagang, lebih mempertimbangkan untung-rugi.

Jika kita baru terpanggil untuk beribadah karena takut masuk neraka, itu berarti kita termasuk kelompok kedua, beribadah cara budak. Ini mirip pengendara sepeda motor yang memakai helm karena takut ditangkap polisi, bukan demi keselamatandirinya.Kalau tidak ada polisi, dia tidak memakai helm. Yang ketiga, adalah cara beribadahnya orang-orang yang berjiwa merdeka,tulus karena Allah.Orang seperti ini melaksanakan shalat bukan lantaran takut neraka, tetapi semata-mata karena sadar Allah satu-satunya yang patut disembah. Ibaratnya, ada atau tidak ada polisi, orang seperti ini akan tetap menggunakan helm demi menghindari bahaya.

Orang-orang seperti ini akan lebih konsisten dalam beribadah karena merasa sudah teramat banyak nikmat Allah yang mereka terima dan patut mereka syukuri.Sebesar apa pun derita yang dialami, mereka lebih memandang kenikmatan yang ada di balik itu. Sesuatu yang patut mereka syukuri sehingga terdorong untuk terus beribadah. Orang yang beribadah dengan cara pedagang dan budak, biasanya bersikap itung-itungan.
Dia cenderung hanya mengerjakan ibadah wajib. Sudah merasa cukup kalau sudah melaksanakan shalat lima waktu. Sudah merasa cukup kalau sudah puasa Ramadhan.Tetapi, orang yang beribadah dengan jiwa bebas akan selalu terdorong untuk beribadah sebanyak-banyaknya. Sebab, orang seperti ini yakin sekali, nikmat Allah yang harus disyukuri pun begitu amat banyak, bahkan tak terhitung.

Dari sinilah kita bisa memahami, mengapa Rasulullah selalu bangun malam, shalat tahajud, dan witir sampai kaki beliau bengkakKetika ditanya Aisyah mengapa masih saja berpayah-payah bangun malam, padahal Allah SWT sudah mengampuni dosanya, beliau menjawab, “Tidak bolehkah aku menjadi hamba yang banyak bersyukur?” Rasa ingin bersyukur itulah yang mendorong beliau melakukan banyak sekali ibadah. Dengan kata lain, ibadah yang beliau lakukan itu merupakan wujud dari kesyukuran kepada Allah atas berbagai karunia-Nya.

Dari sini pula kita bisa memahami ungkapan Sayyidina Ali yang lain ketika beliau bermunajat kepada Allah. “Ya Allah! Aku menyembah-Mu bukan karena takut siksa-Mu, juga bukan karena aku ingin pahala-Mu, tetapi aku menyembah-Mu semata-mata karena Engkau memang layak dan patut untuk disembah.” Beribadah karena mengharap balasan(at-tujjar)dan karena takut siksa(al abid)tidaklah dilarang,hanya kualitasnya yg perlu di tingkatkan sehingga sampai pada tingkatan al-arifin

Tidak ada komentar: